Berbagai Pendekatan Ilmiah
Dalam Studi Islam
Pada awalnya pendekatan ilmiah yang mungkin dilakukan dalam studi Islam
terbatas pada pendekatan filosofis dan historis saja. Namun seiring
perkembangan ilmu pengetahuan, pendekatan yang mungkin dilakukan dalam studi
Islam juga ikut berkembang. Selain kedua pendekatan filosofis dan historis,
sedikitnya ada 5 (lima) pendekatan lain yang mungkin dilakukan, yaitu
pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis,
pendekatan fenomenologis dan pendekatan politis. Berikut ini ketujuh pendekatan
tersebut:
1.
Pendekatan
Filosofis
Secara etimologi, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang beraati ilmu atau hikmah.
Jadi, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Selain itu, filsafat dapat pula berarti
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Secara terminologi, filsafat adalah berfikir secara
mendalam, sistematik, radikal dalam rangka mencari kebenaran, hakikat mengenai
segala sesuatu yang ada.
Pendekatan
filosofis penting dilakukan sedikitnya karena beberapa sebab berikut:
a.
Agar
seseorang dapat menggunakan pemikiran atau rasio seluas-luasnya sampai titik
maksimal dari daya tangkapnya. Sehingga seseorang terlatih untuk terus berfikir
dengan menggunakan kemampuan berfikirnya.
b.
Dapat
digunakan dalam memahami agama, dengan maksud agar mendapatkan hikmah, hakikat
atau inti dari ajaran agama, agar dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.
2.
Pendekatan
Sejarah
Dalam bahasa Arab, sejarah disebut tarikh
yang secara harfiah berarti ketentuan waktu, dan secara istilah berarti
keterangan yang telah terjadi pada masa lampau/masa yang masih ada. Dalam
bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang secara harfiah diartikan the past experience of mankind, yakni
pengalaman umat manusia di masa lampau.
Jadi sejarah adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang terjadi di
masa lampau, baik yang berkaitan dengan masalah sosial, politik ekonomi, budaya,
ilmu pengetahuan, kebudayaan, agama dan sebagainya.
Pendekatan historis adalah salah satu upaya
melakukan studi Islam dengan menumbuhkan perenungan untuk memperoleh hikmah
dengan cara mempelajari sejarah nilai-nilai Islam yang berisikan kisah dan perumpamaan.
3.
Pendekatan
Antropologis
Antropologi berasal dari Bahasa Yunani ”anthropos” artinya manusia/orang, dan ”logos” yang berarti wacana.
Secara terminplogi, antropologi adalah adalah ilmu
yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia terdiri dari aspek fisik dan
non fisik dan berbagai pengetahuan tentang kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Pendekatan antropologis adalah salah satu upaya
memahami agama dengan cara melihat praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat. Dan jika pendekatan antropologis dilakukan dalam studi
Islam dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami Islam dengan cara
melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui pendekatan ini Islam tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang
dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
4.
Pendekatan
Sosiologis
Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat
lengkap dengan struktur, lapisan serta gejala sosial lainnya yang saling
berkaitan. Pendekatan sosiologis dilakukan dengan menyoroti dari sudut posisi
manusia yang membawanya kepada sebuah perilaku.
Pendekatan Sosiologis digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami Islam. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak studi Islam dapat
dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari
sosiologi.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi
mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh
serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaan, keyakinan
yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan
hidup manusia.
Dari defenisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta
berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu itu suatu fenomena
sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya
hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.
Melalui pendekatan sosiologis, Islam dapat dipahami dengan mudah karena ia
diturunkan untuk kepentingan sosial. Dalam al-Qur’an misalnya, kita jumpai
ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia lainnya, sebab-sebab yang
menyebabkan kesengsaraan. Semua itu jelas baru dapat dijelaskan apabila yang
memahaminya mengetahui sejarah sosial pada saat ajaran agama itu diturunkan.[1][5]
5.
Pendekatan
Psikologis
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani ”psych” yang berarti jiwa dan ”logis” yang berarti ilmu. Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari jiwa. Dan jika pendekatan psikologi
dilakukan dalam studi Islam maka hal itu mengandung arti paradigma atau cara pandang dalam memahami Islam dengan mempelajari
jiwa seseorang dengan cara melihat gejala perilaku yang dapat diamati. Dalam
Islam banyak sekali pengambaran batin. Seperti iman, taqwa kepada Allah.
Perilaku seseorang dapat dilihat dari sesuatu yang dia yakini. Dengan
pendekatan psikologis ini, maka akan diketahui tingkat keagamaan yang dihayati,
dipahami dan diamalkan serta sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa
seseorang.
6.
Pendekatan
fenomenologis
Fenomenologi adalah sebuah studi Islam dalam bidang
filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.
Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan agama
dengan cara membandingkan berbagai macam gejala dari bidang yang sama antara
berbagai macam agama.
Tokoh fenomenologi adalah Edmund Hussert dan Alfred
Schulta, mereka mengungkapkan bahwa ”Diam merupakan tindakan untuk
mengungkapkan pengertian sesuatu yang sedang diteliti, dengan diam akan
mengetahui perilaku orang lebih lanjut”.
Tujuan fenomenologi:
1.
Menginterprestasikan suatu teks berkenaan dengan persoalan agama dengan
setepat-tepatnya.
2.
Merekonstruksi suatu kompleks tempat suci kuno/menerangkan permasalahan
suatu cerita dari mitos.
3.
Memahami struktur dan organisasi dari suatu kelompok masyarakat religius
dengan kehidupan sekitar.
7. Pendekatan politis
Teori politik normatif adalah cara untuk membahas
lembaga sosial, khususnya berhubungan dengan kekuasaan publik, dan tentang
hubungan antar individu di dalam lembaga politik disebut juga sebagai
moral/etika.
Perlawanan menghadapi penjajah merupakan pergerakan
politik Islam yang kemudian menjadi pembentukan negara Indonesia.
Pendekatan politis dalam studi Islam adalah salah
satu upaya memahami Islam dengan cara menanamkan nilai-nilai Islam pada lembaga
sosial agar timbul motivasi/keinginan untuk meraih kebahagiaan dan
kesejahteraan serta perdamaian pada masyarakat.
Comments
Post a Comment