Skip to main content

AQIDAH MENGAMBARKAN AKHLAK



AQIDAH MENGAMBARKAN AKHLAK
Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, nilai-nilai akhlak yang dipegang oleh seseorang dan sesuatu kebudayaan itu adalah hasil daripada aqidah dan gambaran tentang kehidupan itu. Pembentukan nilai-nilai akhlak itu bergantung kepada bagaimana manusia memberikan jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan yang asasi dalam hidup. Al-Quran telah memaparkan berbagai golongan yang memberi jawaban berbeda kepada persoalan-persoalan asasi kehidupan yang membentuk konsepsi dan aqidah mengenai kehidupan ini. Terdapat aqidah orang-orang beriman, aqidah orang-orang kafir, aqidah orang-orang fasik dan aqidah orang-orang munafiqin.
Aqidah orang-orang beriman dinyatakan dalam Al-Quran sebagai orang-orang yang beriman kepada Allah S.W.T, kepada Rasul-Nya, kepada keagungan Allah yang menciptakan dan memiliki alam ini. Mereka yakin kepada hari akhirat, yakin bahwa kejadian Allah tidak terbatas kepada alam lahir saja dan kejadian Allah itu tidak terbatas dalam lingkungan yang dapat diketahui oleh manusia. Kerana itu mereka percaya kepada kejadian Allah yang ghaib, seperti malaikat, syurga, neraka dan adanya makhluk-makhluk Allah yang lain yang tidak diketahui oleh manusia dan pengetahuan manusia tidak menjadi syarat bagi menentukan sesuatu kejadian Allah harus ada atau tidak ada. Allah S.W.T bebas mengikut kehendak-Nya, untuk mencipta atau tidak menciptakan sesuatu yang ada di dalam ilmu-Nya.
Aqidah ini menyebabkan orang-orang beriman sentiasa bergantung harap kepada Allah S.W.T dan tidak bergantung harap kepada yang lain daripada-Nya. Tujuan hidup manusia di dunia ini ialah untuk beribadah kepada Allah S.W.T. dan setiap tindak tanduk dan kelakuan serta tindakannya adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah S.W.T. Keridhoan Allah dan beribadat kepada Allah S.W.T. menjadi tumpuan dan pemusatan setiap aspek kegiatannya. Pergantungan semata-mata kepada Allah memberikan kepada seorang mu’min itu kebebasan dan tidak terikat kepada mana-mana kuasa lain daripada Allah S.W.T. Daripada perasaan inilah tercetusnya pengakuan seorang muslim bahawa “Tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah S.W.T.”
Manusia beriman yang sebenarnya, tidak mungkin menyembah kepada yang lain daripada Allah S.W.T., Allah S.W.T. bagi mereka adalah Tuhan Yang Maha Sempuma, Maha berkuasa dan kepada Dialah tumpuan segala ibadah dan segala yang baik sama ada niat dan amalan. Seorang mu’min berjiwa bebas, tetapi bukan sebagai debu berterbangan di udara. Kebebasan seorang mu’min sentiasa mendapat panduan dan bimbangan. Justeru itu ia tidak berkelana dan hidup tanpa tujuan. la sentiasa bergerak bebas dengan memiliki peta yang menunjukkan haluan pergerakan dan perjalanannya. la sentiasa bertindak mengikut petunjuk Allah dan berpandu kepadanya.
Seorang mu’min berperasaan halus dan berhati lembut kerana keyakinannya bahawa ia adalah hamba kepada Allah S.W.T. Segala perbuatannya akan dinilai dan dihitung serta diberikan balasan atau ganjaran dengan adil dan saksama. Wawasannya, tidak semata-mata untuk mendapatkan habuan dan ganjaran di dunia, tetapi juga di akhirat. Tentunya, ganjaran di akhirat adalah lebih baik dahapda di dunia. Kerana itu, ia sanggup mengorbankan kurniaan Allah di dunia, untuk mendapatkan kurniaan Allah di akhirat.


Aqidah dan pandangan hidup yang asas ini, memancarkan nilai-nilai yang murni dalam jiwa orang-orang beriman. Nilai-nilai ikhlas untuk Allah S.W.T. dan tidak tunduk beribadah melainkan kepada Allah S.W.T adalah merupakan nilai yang agung yang membentuk akhlak yang murni dan jiwa yang luhur dalam kehidupan orang-orang beriman. Ia membentuk akhlak terhadap Allah S.W.T. dan akhlak terhadap sesama manusia.
Hubungan manusia dengan Allah S.W.T dan kelakuannya terhadap Allah S.W.T. ditentukan mengikut nilai-nilai aqidah yang ditetapkan. Begitu juga akhlak terhadap manusia dicorakkan oleh nilai-nilai aqidah seorang muslim, sebagaimana yang ditetapkan didalam al-Ouran yang merupakan ajaran dan wahyu daripada Allah S.W.T Pergaulan manusia dengan manusia tidak boleh disamakan dengan perhubungan manusia dengan Allah S.W.T. Aqidah dan pegangan seorang beriman berbeda dengan aqidah dan pegangan seorang kafir. Justru itu nilai-nilai dan akhlak juga berbeda. Al-Quran memaparkan aqidah dan pegangan orang-orang kafir dalam berbagai kategori, justru terdapat berbagai bentuk kekufuran di kalangan umat manusia. Antara kekufuran yang belaku disebabkan mereka menolak ajaran yang benar yang dibawa oleh utusan Allah S.W.T. dan mereka menafikan kerasulan utusan itu. Allah S.W.T berfirman yang bermaksud:
“Maka berkata pembesar-pembesar yang kafir itu dari kalangan bangsanya, ini tidak lain daripada manusia seperti kamu. Ia hendak menonjolkan diri supaya lebih daripada kamu. Jika Allah hendak turunkan utusan, Dia akan turunkan malaikat Kita tidak mendengar dari bapa -bapa kita yang terdahulu mengenai ini (utusan Allah dari kalangan manusia). (al-Mu’minun: 24)
Kekufuran juga berlaku kerana tidak percaya pada hari akhirat. Kerana percaya bahwa tidak ada kehidupan sesudah mati, mereka hidup berfoya-foya di dunia ini tanpa memikirkan siksaan di akhirat. Bagi mereka seperti yang dinyatakan oleh al-Quran “kehidupan ini cuma di dunia”. Manusia dilahirkan dan kemudian mati, mereka tidak dibangkitkan kembali, seperti kata mereka yang bermaksud:
“Kehidupan kita tidak yang lain daripada kehidupan di dunia. Daripada tiada kita ada dan hidup. Apabila mati kita tidak dibangkitkan lagi.
Maksudnya: “Dan berkata pembesar-pembesar dari bangsanya yang kafir dan mendustakan kehidupan akhirat dan kamijadikan berfoya-foya dalam kehidupan mereka di dunia, orang ini, hanyalah seorang manusia seperti kamu. makan dari apa yang kamu makan dan minum dari apa yang kamu minum ‘. (al-Mu’minun: 33)
Kekufuran juga berlaku disebabkan sifat angkuh dan sombong serta ingkar kepada perintah Allah dan angkuh terhadapnya. Allah berfirman mengenai kekufuran Iblis yang bermaksud:
“Dan ketika kami berkata kepada malaikat sujudlah kepada Adam. Mereka pun sujud, kecuali lblis. la ingkar dan takabur dan ia daripada orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 34)
Aqidah orang-orang kafir yang sombong terhadap Allah S.W.T, yang tidak percaya kepada para rasul yang diutus oleh Allah dan ajaran-ajaran yang mereka bawa, yang tidak percaya kepada hari akhirat dan tidak patuh kepada hukum-hukum Allah dengan ingkar kepada hukum-hukum itu, membentuk nilai-nilai kelakuan dan cara hidup yang menjurus ke arah kehidupan yang tidak berakhlak mulia dan luhur
“Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan didunia serta mereka makan minum sebagaimana binatang-binatang tenak makan minum, sedang nerakalah menjadi tempat tinggal mereka.”(Muhammad: 12)
Aqidah munafiqin, melahirkan sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan keji yang mewaki akhlak yang buruk. Untuk menyembunyikan kekufuran, mereka berdusta, memutar belitkan kebenaran, memungkid janji dan mengkhianati amanah. Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:
“Tiga perkara yang sesiapa yang mempunyainya di dalam diri maka ia adalah munafiq. Apabila bercakap ia dusta, apabila berjanji tidak dikotakan apabila diberi amanah ia khianat. (Riwayat Bukhari dan Muslim)


Comments

Popular posts from this blog

SIUP Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (“KBLI”).

Mengutip istilah Perdagangan dari Permendag 36/M-DAG/PER/9/2007 dan Perubahannya , Perdagangan berarti kegiatan usaha transaksi barang atau jasa seperti jual-beli, sewa beli, sewa menyewa yang dilakukan secara berkelanjutan dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan kompensasi. Dalam melaksanakan kegiatan Perdagangan, perusahaan perdagangan wajib memiliki surat izin untuk melaksanakan kegiatan Perdagangan yang dinamakan Surat Izin Usaha Perdagangan (“ SIUP ”). Kegiatan usaha yang tercantum didalam SIUP menurut lampiran Permendag 36/M-DAG/PER/9/2007 dan Perubahannya adalah kegiatan-kegiatan usaha yang diklasifikasikan didalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik 57/2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (“ KBLI ”). Kami mengasumsikan ibu Novi dalam menjual oli, gas, dan keinginannya menjual susu, diapers , dan peralatan bayi lainnya dilakukan secara eceran. Menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik 57/2009, perdaganga...

pertamina SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI)

SATUAN PENGAWASAN INTERN (SPI) Kedudukan dan Kualifikasi SPI mempunyai kedudukan langsung di bawah Direktur Utama untuk menjaminindependensinya dari kegiatan atau unit kerja yang diaudit. Kepala SPI harus memiliki kualifikasi akademis dan kompetensi yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Kepala SPI diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama dengan persetujuan Komisaris. Tugas dan Tanggung Jawab SPI Membuat strategi, kebijakan, serta rencana kegiatan pengawasan. Memonitor pencapaian tujuan dan strategi pengawasan secara keseluruhan serta melakukankajian secara berkala memastikan sistem pengendalian internal Perusahaan berfungsi efektif termasuk melakukan kegiatan yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan serta melakukan assessment terhadap sistem tersebut secara berkala melaksanakan fungsi pengawasan pada seluruh aktivitas usaha yang meliputi antara lainbidang akuntansi, keuangan, sumber daya manusia dan operasional. Melakukan audit guna mendor...

Sejarah Singkat Manajemen Kualitas

Sejarah Singkat Manajemen Kualitas         Kalau dibuat semacam periodisasi sejarah perkembangan manajemen kualitas, maka perkembangan manajemen kualitas telah dimulai sejak awal tahun 1920 yang dimotori oleh beberapa ahli di bidang kualitas. Periode ini dapat dikatakan sebagai periode awal yakni 1920-1940. Pada periode ini manajemen kualitas fokusnya masih sebatas pada inspeksi atau pengawasan. Pandangan saat itu menyatakan bahwa bila inspeksi dilakukan dengan baik, maka hasil kerja akan baik pula. Bila hasil kerja baik dalam arti sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, maka disebut berkualitas. Berdasarkan pandangan yang demikian, maka posisi inspektor menjadi penting. Mereka melakukan pengawasan dengan mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Untuk memudahkan kerja mereka, maka penggunaan konsep statistik yang dikembangkan untuk dapat diaplikasikan dalam pengendalian variabel produk seperti panjang, lebar, berat, tinggi, daya tahan melal...