BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam,
Iman, Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya. Jika Islam dan
Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang
tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal
batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri
sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
Mengacu pada latar belakang yang
telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah ini sebagai berikut :
1.
Apa pengertian dari Iman, Islam, Dan
Ikhsan ?
2.
Hubungan antara Iman, Islam, dan
Ikhsan ?
3.
Perbedaan antara Iman, Islam, dan
Ikhsan ?
4. Pengertian dan
makna rukun iman ?
5. Pengertian dan
makna rukun islam ?
1.3
Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk menjelaskan
lebih lanjut rumusan masalah diatas, yakni :
1.
Memaparkan tentang pengertian dari
Iman, Islam, dan Ikhsan.
2.
Menjelaskan hubungan antara Iman,
Islam, dan Ikhsan.
3.
Menjelaskan perbedaan antara Iman,
Islam, dan Ikhsan.
4. Menjelaskan
tentang pengertian rukun iman beserta maknanya.
5. Menjelaskan
tentang pengertian rukun islam beserta maknanya.
BAB
II
ISI
A.
PENGERTIAN
IMAN, ISLAM DAN IKHSAN
Iman, islam, ihsan adalah tiga kata yang maknanya saling
berkaitan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Rasulullah Saw.Nabi
bersabda, islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul-Nya, engkau mendirikan solat,
mengelurkan zakat, berpuasa ramadhan, dan menunaikan ziarah haji ke baitullah
jika engkau mampu menempuh perjalanannya. Segera saja laki-laki itu berkata,
“Engkau benar wahai Muhammad.” Dia kembali berkata, Wahai Muhammad
kabarilah aku tentang iman, Muhammad bersabda, iman adalah hendaknya engkau
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitb-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari kiamat, dan beriman pula kepada ketentuan (qadar) baik ataupun buruk
,”Engkau benar Muhammad , Kemudian ia berkata lagi “jelaskan padaku tentang
ihsan , Rasulullah bersabda” Hendaknya engkau menyembah Allah
seakan-akan melihat-Nya atau jika engkau tidak melihat-Nya, maka Alla-lah yang
melihat engkau.
Begitulah kalau
jika dilihat dari segi aspek lahirnya, maka agama yang diajarkan jibril adalah
islam, agama juga disebut iman jika yang diamati adalah aspek batinnya.
Kemudian agama baru disebut ihsan jika aspek batin (iman) dan lahirnya (amal
saleh) telah di penuhi secara utuh dan sempurna.
v IMAN
Pengertian
dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati; pembenaran
hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang
dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang
dibenarkan oleh hati.Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang
berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan
hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya
dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman
hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri
seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan
bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.Adapun pengertian iman secara khusus
sebagaimana yang tertera dalam hadis ialah: keyakinan tentang adanya Allah
swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul
utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam
kubur.Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan oleh
Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain menyebutkan kelima hal di atas sebagai
kriteria iman, terdapat
tambahan satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.
v ISLAM
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan
oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam
Quran, yaitu:
1. “Wa radhitu
lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”.
Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka
jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan
bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut.
Ada beberapa
pengertian Islam, yaitu:
a.
Islam berarti kepatuhan atau penyerahan
diri.
b. Islam berarti
kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.
c.
Islam dalam
bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari kata
kerja.
Kata kerja asalnya ialah :
·
Aslama yang
berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan dengan
Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan.
Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan
kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.
·
Salima berarti
menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamatkan, menentramkan dan
mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatannya.
·
Salama yang
berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri
Dari pengertian Islam tersebut, maka
dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1. Aspek vertikal
Aspek vertikal mengatur antara makhluk
dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap
berserah diri pada Allah.
2. Aspek
horisontal
Aspek horisontak mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu
menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
3. Aspek batiniah
Aspek batiniah
mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian,
ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.
v IKHSAN
Ihsan berasal
dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik,
sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ,
yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal
ini.
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)
“…Dan berbuat
baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi
target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan
menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang
hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang
sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah saw.
pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya
mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang
mulia.
Ø Hubungan
antara iman ,islam dan ikhsan
Iman, Islam dan Ihsan hubungannya sendiri sangat erat.
Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya:
Dari Umar radhiyallahu’anhu juga
dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa
sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju
yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya
kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “
Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia
yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya
". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam)
bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadis di atas
mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain,
yaitu: iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas
bahwa “itu adalah Malaikat Jibril
datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat
masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum
dalam istilah ad-din (baca:
agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan
benar jika dibangun di atas pondasi Islam
dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala
aktifitas adalah ukhrawi.
Atas dasar
tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama
belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti
apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam
ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan)
dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal
tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala
aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.
Ø Perbedaan
antara iman, islam dan ikhsan
Antara iman,islam dan ihsan di samping saling
berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara
ketiganya,yaitu :
·
Iman lebih
menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.
·
Islam adalah
sikap aktif untuk berbuat/beramal.
·
Ihsan merupakan
perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar iman dan
islam itu sendiri.
B.
RUKUN IMAN
Aqidah Islamiah
dibangun di atas rukun iman yang enam, yaitu: Iman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhirat, dan iman kepada
takdir yang baik dan yang buruk.
Keenam rukun ini telah disebutkan secara jelas dalam Al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Keenam rukun ini telah disebutkan secara jelas dalam Al-Qur`an dan sunnah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من ءامن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.”
(QS. Al-Baqarah: 177)
Adapun,
iman kepada takdir maka disebutkan dalam firman-Nya:
إنا كل شيء خلقناه بقدر
إنا كل شيء خلقناه بقدر
“Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu dengan takdir.”
(QS. Al-Qamar:
49)
Sementara dari
As-Sunnah adalah hadits Umar bin Al-Khaththab yang masyhur tentang kisah
datangnya Jibril alaihissalam untuk bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam tentang iman. Maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَنْ
تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Kamu
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya,
hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.” (HR.
Muslim no. 9)
Ø Berikut
penjelasan ringkas mengenai keenam rukun iman ini:
1. Iman kepada Allah.
1. Iman kepada Allah.
Tidaklah seseorang dikatakan
beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 perkara:
a. Mengimani
adanya Allah Ta’ala.
b. Mengimani
rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasa dan mengatur alam
semesta kecuali Allah.
c. Mengimani
uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan
mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
d. Mengimani
semua nama dan sifat Allah yang Allah telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang
Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam tetapkan untuk Allah, serta menjauhi
ta’thil, tahrif, takyif, dan tamtsil.
2.
Iman kepada para Malaikat Allah.
Maksudnya kita
wajib membenarkan bahwa para malaikat itu ada wujudnya dimana Allah Ta’ala
menciptakan mereka dari cahaya. Mereka adalah makhluk dan hamba Allah yang
selalu patuh dan beribadah kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
ومن
عنده لا يستكبرون عن عبادته ولايستحسرون
يسبحون
الليل والنهار لايفترون
“Dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan
siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya`:
19-20)
Kita wajib
mengimani secara rinci setiap malaikat yang kita ketahui namanya seperti
Jibril, Mikail, dan Israfil. Adapun yang kita tidak ketahui namanya maka kita
mengimani mereka secara global. Di antara bentuk beriman kepada mereka adalah
mengimani setiap tugas dan amalan mereka yang tersebut dalam Al-Qur`an dan
hadits yang shahih, seperti mengantar wahyu, menurunkan hujan, mencabut nyawa,
dan seterusnya.
3.
Iman kepada kitab-kitab Allah.
Yaitu kita
mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah kalam-Nya, dan kalamullah bukanlah
makhluk karena kalam merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk.
Kita juga wajib mengimani secara terperinci semua kitab yang namanya disebutkan dalam Al-Qur`an seperti taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimani secara global bahwa Allah Ta’ala mempunyai kitab lain selain daripada yang diterangkan kepada kita. Secara khusus tentang Al-Qur`an, kita wajib mengimani bahwa dia merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya.
Kita juga wajib mengimani secara terperinci semua kitab yang namanya disebutkan dalam Al-Qur`an seperti taurat, injil, zabur, suhuf Ibrahim, dan suhuf Musa. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimani secara global bahwa Allah Ta’ala mempunyai kitab lain selain daripada yang diterangkan kepada kita. Secara khusus tentang Al-Qur`an, kita wajib mengimani bahwa dia merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya.
4.
Iman kepada para Nabi dan Rasul
Allah.
Yaitu mengimani
bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih
sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka
semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai
sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata.
Wajib mengimani bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Karenanya siapa saja yang mendustakan kenabian salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah mendustakan seluruh nabi lainnya. Karenanya Allah Ta’ala mengkafirkan Yahudi dan Nashrani tatkala tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan Isa alaihimassalam, karena mereka tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Juga wajib mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita wajib mengimaninya secara global. Allah Ta’ala berfirman:
Wajib mengimani bahwa semua wahyu nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Karenanya siapa saja yang mendustakan kenabian salah seorang di antara mereka maka sama saja dia telah mendustakan seluruh nabi lainnya. Karenanya Allah Ta’ala mengkafirkan Yahudi dan Nashrani tatkala tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Allah mendustakan keimanan mereka kepada Musa dan Isa alaihimassalam, karena mereka tidak beriman kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Juga wajib mengimani secara terperinci setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya. Sementara yang tidak kita ketahui namanya maka kita wajib mengimaninya secara global. Allah Ta’ala berfirman:
ولقد
أرسلنا رسلاً من قبلك منهم من قصصنا عليك ومنهم من لم نقصص عليك
“Dan
sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78)
5. Iman
kepada hari akhir
Dikatakan hari
akhir karena dia adalah hari terakhir bagi dunia ini, tidak ada lagi hari
keesokan harinya. Hari akhir adalah hari dimana Allah Ta’ala mewafatkan seluruh
makhluk yang masih hidup ketika itu -kecuali yang Allah perkecualikan-, lalu
mereka semua dibangkitkan untuk mempertanggung jawabkan amalan mereka. Allah
Ta’ala berfirman:
كما
بدأنا أول خلق نعيده وعدا علينا إنا كنا فاعلين
“Sebagaimana
Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya, janji
dari Kami, sesungguhnya Kami pasti akan melakukannya.” (QS.
Al-Anbiya`: 104)
6.
Ini makna hari akhir secara khusus,
walaupun sebenarnya beriman kepada akhir itu mencakup 3 perkara, dimana siapa
saja yang mengingkari salah satunya maka hakikatnya dia tidak beriman kepada
hari akhir. Ketiga perkara itu adalah:
a. Mengimani
semua yang terjadi di alam barzakh -yaitu alam di antara dunia dan akhirat-
berupa fitnah kubur oleh 2 malaikat, nikmat kubur bagi yang lulus dari fitnah,
dan siksa kubur bagi yang tidak selamat darinya.
b. Mengimani
tanda-tanda hari kiamat, baik tanda-tanda kecil yang jumlahnya puluhan, maupun
tanda-tanda besar yang para ulama sebutkan jumlahnya ada 10. Di antaranya: Munculnya
Imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya Nabi Isa alaihissalam, keluarnya Ya`juj
dan Ma`jun, dan seterusnya hingga terbitnya matahari dari sebelah barat.
c. Mengimani
semua yang terjadi setelah kebangkitan. Dan kejadian ini kalau mau diruntut
sebagai berikut: Kebangkitan lalu berdiri di padang mahsyar, lalu telaga, lalu
hisab (tanya jawab dan pembagian kitab), mizan (penimbangan amalan), sirath,
neraka, qintharah (titian kedua setelah shirath), dan terakhir surga.
7.
Beriman kepada takdir yang baik dan
yang buruk.
Maksudnya kita
wajib mengimani bahwa semua yang Allah takdirkan, apakah kejadian yang baik
maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Beriman kepada takdir
Allah tidak teranggap sempurna hingga mengimani 4 perkara:
a. Mengimani
bahwa Allah Ta’ala mengimani segala sesuatu kejadian, yang baik maupun yang
buruk. Bahwa Allah mengetahui semua kejadian yang telah berlalu, yang sedang
terjadi, yang belum terjadi, dan semua kejadian yang tidak jadi terjadi
seandainya terjadi maka Allah tahu bagaimana terjadinya. Allah Ta’ala
berfirman:
لتعلموا
أن الله على كل شيء قدير وأن الله قد أحاط بكل شيء علما
“Agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”
(QS. Ath-Thalaq: 12)
b. Mengimani
bahwa Allah Ta’ala telah menuliskan semua takdir makhluk di lauh al-mahfuzh,
50.000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr
bin Al-’Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كَتَبَ
اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ
أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menuliskan
takdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan
bumi.” (HR. Muslim no. 4797)
c. Mengimani
bahwa tidak ada satupun gerakan dan diamnya makhluk di langit, di bumi, dan di
seluruh alam semesta kecuali semua baru terjadi setelah Allah menghendaki.
Tidaklah makhluk bergerak kecuali dengan kehendak dan izin-Nya, sebagaimana
tidaklah mereka diam dan tidak bergerak kecuali setelah ada kehendak dan izin
dari-Nya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kamu tidak dapat menghendaki (mengerjakan sesuatu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)
d. Mengimani
bahwa seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat mereka beserta seluruh sifat dan
perbuatan mereka adalah makhluk ciptaan Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
الله
خالق كل شيء
“Allah menciptakan
segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar: 62)
C.
RUKUN
ISLAM
Dalam agama islam,
terdapat Lima Pilar yang menciri khaskan seorang muslim. Pilar ini disebut
sebagai Rukun islam. Rukun Islam inilah yang menjadi pedoman umum seroang muslim
dalam beribadah kepada Allah, yang terdiri dari :
1. Syahadat
(Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah,selain Allah SWT
2. Mendirikan
shalat (Sholat Fardhu dan Sholat Sunnah)
3. Menunaikan
zakat (Jika mampu dan memenuhi kriteria yang ditetapkan)
4. Puasa
pada bulan Ramadhan
5. Haji
ke Baitullah Al-Haram
Makna syahadat:
Syahadat,
diartikan sebagai gerbang untuk memenuhi fitrah manusia, yaitu untuk beribada
kepada Allah swt. syahadat juga meerupakan inti sari dari agama islam. Syahadat
bermakna “Menolak” dan “Menetapkan”.
Pertama,
kita menolak bahwa kita menolak segala sesembahan selain dari pada Allah dan
kedua, kita meneatapkan bahwa hanya Allah lah Tuhan Yang patut kita sembah.
Sedangkan untuk rukun kedua dan ketiga, lebih ditekankan pada manusia untuk
menjalankan ibadahnya kepada Allah swt. Rukun islam tidak lain bermakna untuk
menjadi pedoman bagi manusia, agar selalu mengingat Allah dan senantiasa
beribadah kepadanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Dari Berbagai Pembahasan diatas kami simpulkan bahwa.
1. Iman, islam dan ihsan merupakan
tripologi agam islam dimana sesuai dengan hadits nabi diatas
2. Iman, islam dan ihsan saling
berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama
belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti
apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
3. Iman lebih
menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif untuk berbuat dan beramal,ihsan
merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari
kadar iman dan islam itu sendiri.
Untuk
menjadi umat muslim yang baik, taat dan patuh maka kita diwajibkan untuk
berpedoman pada Rukun Iman dan Rukun Islam sehingga kita tidak akan masuk
kedalam jurang kesesatan. Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang baik
dan menjadi calon penghuni Surga. Amin Ya Rabbal
‘Alamin...
DAFTAR PUSTAKA
·
DR. MUH. Mu’inudillah Basri, Maerwandi
Tarmizi. MUHYIDDIN YAHYA BIN
SYARAF NAWAWI, 2010. Ebook.
Islamhouse.com
·
Muhammad Bin Abdul Wahab. TIGA LANDASAN
UTAMA. 2007. Ebook islamhose.com
·
Muhammad bin Sholeh Al-Ustaimin.
PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN. 2007. Ebook islamhose.com
·
Abu
Bakar Jabir Al-Jazairi. MINHAJUL MUSLIM. Penerbit Insan Kamil, Kertosuro. 2011
Comments
Post a Comment