Pendekatan periodisasi Sejarah
dalam Studi Islam
Dalam pendekatan ini, sejarah Islam dibagi menjadi tiga periode, yaitu
periode klasik (650-1250M), pertengahan (1250-1800M), dan periode modern (1800
sampai sekarang). Pendekatan ini dilakukan diterapkan oleh banyak penulis
sejarah, di antaranya oleh Harun Nasution dalam bukunya Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Dalam buku tersebut Harun
Nasution membagi periode klasik kedalam dua fase:
a.
Masa
Kemajuan Islam I (650-1000M)
Pada fase ini daerah Islam meluas melalui Afrika Utara
sampai Spanyol di barat,dan melalui Persia sampai keIndia timur. Pada masa ini
pula berkembang dan memuncaknya Ilmu pengetahuan baik dalam ilmu agama maupun
non agama dan kebudayaan Islam. Dalam aspek hukum Islam, lahir banyak ulama
besar seperti Imam Malik (93H), Imam Abu Hanifah (80H), Imam Syafi`i dan Imam
Ahmad Bin Hanbal (164H).
Dalam bidang teologi (Ilmu Kalam) muncul Imam al
Asy`ari, Imam al-Maturidi, Pemuka pemuka Mu`tazilah seperti Wasil Bin Atho`,Abu
al Hudzail. Al Nazzam, dan al-Jubba`i.
Dalam bidang tasawuf/mistisme, seperti Dzul al Nun al Misri, Abu Yazid
al Bustami dan al Hallaj. Dalam bidang filsafat ditemukan al Kindi, al Farabi,
Ibnu Sina,al Ghazali, Ibnu Rusdy dan Ibn Maskawaih. Dalam bidang Ilmu
pengetahuan (sains) Ibnu Hayyan, Ibnu Haytam, al Khawarizmi, al Mas`udi al
Razi. Dan bidang bidang lainnnya yang tidak kami sebutkan secara rinci di dalam
pembahasan ini. Dengan demikian periode klasik ini merupakan periode kebudayaan
dan peradaban Islam yang tertinggi dan mempunyai pengaruh terhadap tercapainya
kemajuan atau peradaban modern di Barat sekarang, sungguhpun tidak secara
langsung.[1][17]
b.
Fase
Disintegrasi (1000-1250)
Fase disintegrasi ini sebenarnya telah didahului oleh
fase pradisintegrasi, yaitu suatu fase di mana kemajuan Islam masih
berlangsung, yaitu daerah daerahnya mulai terdapat usaha memisahkan diri dari
khalifah pusat di Damaskus atau Baghdad Misalnya:
Disebelah Timur Baghdad, timbul Dinasti Tahiri, yang
berkuasa di Khurasan (820-872M), Dinasti Samani (874) melepaskan diri dari
Baghdad, dan Dinasti Saffari pada tahun 908M
Adapun fase disintegrasi merupakan fase di mana
pemisahan diri dinasti dinasti dari kekuasaan pusat, dilanjutkan dengan
perebutan kekuasaan antara dinasti dinasti tersebut untuk menguasai satu sama
lain. Sepeti Dinasti Buwaihi menguasai daerah Persia dikalahkan oleh Saljuk
pimpinan Tughril Beg (1076M)
Di zaman disintegrasi ini, ajaran ajaran sufi timbul
pada zaman kemajuan Islam, mengambil bentuk terikat, sehingga mutunya mulai
menurun.[2][18]
Kemudian periode pertengahan. Periode ini juga dibagi menjadi dua fase:
a.
Masa
kemunduran I (1250-1500M). Pada masa ini desentralisasi dan disisntegrasi
bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi`ah, demikian juga antara
Arab dan Persia bertambah tampak. Pada masa itu pula umat Isalm di Spanyol di
paksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.
b.
Fase tiga
kerajaan besar (1500-1700M) yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700M),
kemudian masa kemunduran II (1700-1800M). Tiga kerajaan besar yaitu kerajaan
Usmaniah di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Selanjutnya
periode Modern (1800 sampai sekarang). Periode ini merupakan zaman kebangkitan
Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir pada Tahun 1801 M yang
mengakibatkan jatuhnya Mesir ke tangan Barat, itu membuka mata dunia Islam
terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam dibanding
dengan kemajuan dan kekuatan Barat.[3][19]
Comments
Post a Comment