22 04 17
BAB II
Penjelasan
2.1 Definisi Konflik Kerja
Konflik biasanya timbul dalam organisasi sebagai hasil
adanya masalah – masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur
organisasi.
Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau
antagonistik antara dua atau lebih pihak.1
Konflik organisasi ( organizational conflict ) adalah
ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota – anggota atau kelompok –
kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus
membagi sumber daya – sumber daya yang terbatas atau kegiatan – kegiatan kerja
dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan,
nilai atau persepsi.2
Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa
yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan
kenyataan apa yang diharapkannya.3
Menurut pendapat penyusun berdasarkan kesimpulan dan
pendapat beberapa ahli manajemen : Konflik adalah perbedaan pandangan tentang
suatu peristiwa / masalah yang terjadi pada kehidupan sehari – hari baik itu
konflik pribadi, politik, sosial, budaya yang dapat menimbulkan pemikiran yang
positif atau negatif dalam penyelesaian masalahnya .
Penyebab – penyebab konflik antara lain :
1. Komunikasi : salah pengertian yang berkenaan dengan
kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak
lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.
2. Struktur : pertarungan kekuasaaan antar departemen dengan
kepentingan–kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan
untuk memperebutkan sumber daya–sumber daya yang terbatas, atau saling
ketergantungan dua atau lebih kelompok– kelompok kegiatan kerja untuk mencapai
tujuan mereka.
3. Pribadi : ketidaksesuaian tujuan atau nilai–nilai sosial
pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan
perbedaan dalam nilai – nilai persepsi.
Dalam kehidupan organisasi, pendapat tentang konflik dapat
dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
1. Pandangan tradisional, berpendapat bahwa konflik
merupakan sesuatu yang di inginkan dan berbahaya bagi kehidupan organisasi.
2. Pandangan perilaku, berpendapat konflik merupakan suatu
kejadian atau peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan organisasi, yang
biasa bermanfaat ( konflik fungsional ) dan bisa pula merugikan organisasi (
konflik disfungsional ).
3. Pandangan Interaksi, berpendapat bahwa konflik merupakan
suatu peristiwa yang tidak dapat terhindarkan dan sangat diperlukan bagi
pemimpin organisasi.
2.1.1
Bentuk –Bentuk Konflik Struktural
Bentuk –Bentuk Konflik Struktural
Dalam organisasi klasik ada empat daerah struktural dimana
konflik sering timbul :
1. Konflik Hierarki, yaitu konflik amtara berbagai tingkatan
organisasi. Contohnya, konflik antara komisaris dengan direktur utama, pemimpin
dengan karyawan, pengurus dengan anggota koperasi, pengurus dengan manajemen,
dan pengurus dengan karyawan.
2. Konflik Fungsional, yaitu konflik antar berbagai
departemen fungsional organisasi. Contohnya, konflik yang terjadi antara bagian
produksi dengan bagian pemasaran, bagian administrasi umum dengan bagian
personalia.
3. Konflik Lini Staf yaitu konflik yang terjadi antara
pimpinan unit dengan stafnya terutama staf yang berhubungan dengan
wewenang/otoritas kerja. Contoh : karyawan staf secara tidak fornal mengambil
wewenang berlebihan.
4. Konflik Formal Informal yaitu konflik antara organisasi
formal dan informal. Contoh : Pemimpin yang menempatkan norma yang salah pada
organisasi.
2.1.2 Jenis – Jenis Konflik
Ada lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang
individu menghadapi ketidak pastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk
melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau
bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana
hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.
Konflik ini berasal dari adanya konflik antar peranan (
seperti antara manajer dan bawahan )
3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan
dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh
kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau
diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena
terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok.
5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat
bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini
telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa,
harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
2.1.3 Penyebab Terjadinya Konflik Kerja
Penyebab terjadinya konflik dalam organisasi, antara lain :
a. Koordinasi kerja yang tidak dilakukan.
b. Ketergantungan dalam pelaksanaan tugas.
c. Tugas yang tidak jelas ( tidak ada deskripsi jabatan )
d. Perbedaan dalam otorisasi pekerjaan.
e. Perbedaan dalam memahami tujuan organisasi.
f. Perbedaan persepsi.
g. Sistem kompetensi insentif ( reward )
h. Strategi pemotivasian tidak tepat.
2.1.4 Konflik Lini dan Staf
Bentuk umum konflik organisasi yang sering terjadi adalah
konflik antara anggota – anggota lini dan staf . Perbedaan pandangan para
anggota lini dan staf yang dapat menimbulkan konflik di antara mereka, walaupun
perbedaan–perbedaan tersebuta juga dapat meningkatkan efektifitas pelaksanaan
tugas–tugas mereka :
1. Pandangan Lini
Para anggota lini sering memandang para anggota staf dalam
hal :
a. Staf melangkahi wewenangnya, karena manajer garis
merupakan pemegang tanggung jawab atas hasil akhir, mereka cenderung menolak
rorongan staf dan wewenangnya.
b. Staf tidak memberi nasehat yang bermanfaat, para anggota
staf sering tidak terlibat dalam kegiatan operasional harian yang di hadapi
oleh para anggota lini, sehingga saran–sarannya sering tidak terap.
c. Staf menumpang keberhasilan lini, para anggota staf
sering lebih dekat dengan manajer puncak dibanding orang–orang lini, sehingga
dapat mengambil keuntungan atas posisi mereka.
d. Staf memiliki pandangan sempit, sehingga mempunyai
pandangan terbatas dan kurang dapat merumuskan sarannya atas kebutuhan dan
tujuan organisasi keseluruhan.
2. Pandangan Staf
Para anggota staf mempunyai keluhan–keluhan yang berlawanan
tentang para anggota lini :
a. Lini kurang memanfaatkan staf. Manajer lini menolak
bantuan staf ahli, karena mereka ingin mempertahankan wewenangnya atas bawahan
atau karena mereka tidak berani secara terbuka mengakui bahwa mereka
membutuhkan bantuan. Sebagai akibatnya staf hanya diminta bantuannya bila
situasi benar–benar sudah kritis.
b. Lini menolak gagasan – gagasan baru, anggota staf
biasanya yang pertama berkepentingan dengan menggunakan inovasi dalam bidang
keahlian mereka. Manajer garis mungkin menolak perubahan–perubahan tersebut.
c. Lini memberi wewenang terlalu kecil kepada staf. Anggota
staf sering merasa bahwa mereka mempunyai penyelesaian masalah–masalah yang
paling baik dalam spesialisasinya. Oleh sebab itu mereka kecewa bila saran –
sarannya tidak didukung dan di implementasikan oleh manajer lini.
Beberapa faktor dapat menimbulkan berbagai konflik diantara
departemen dan orang – orang lini dan staf. Faktor–faktor tersebut meliputi :
1. Perbedaan umur dan pendidikan, orang – orang staf
biasanya lebih muda dan lebih berpendidikan daripada orang–orang staf sehingga
menimbulkan “generation gap “.
2. Perbedaan tugas, dimana orang ini lebih teknis dan
generalis, sedang staf spesialis. Hal ini dapat menimbulkan kejadian–kejadian
sebagai berikut :
a. Karena staf sangat spesialis, mungkin menggunakan
istilah–istilah dan bahasa yang tidak dipahami orang lini.
b. Orang lini mungkin merasa bahwa staf spesialis tidak
sepenuhnya mengerti masalah–masalah lini dan mengganggap mereka tidak dapat
diteraplan atau dikerjakan.
3. Perbedaan sikap, ini tercermin pada :
a. Orang staf cenderung memperluas wewenangnya dan cenderung
memberikan perintah–perintah kepada orang lini untuk membuktikan eksistensinya.
b. Orang staf cenderung merasa yang paling berjasa untuk
gagasan–gagasan yang diimplementasikan oleh lini, sebaliknya orang lini mungkin
tidak menghargai peranan staf dalam membantu pemecahan masalah – msalahnya.
c. Orang staf selalu merasa dibawah perintah orang lini,
dilain pihak orang lini selalu curiga bahwa orang staf ingin memperluas
kekuasaannya.
4. Perbedaan posisi. Manajemen puncak mungkin tidak mengkomunikasikan
secara jelas luasnya wewenang staf dalam hubungannya dengan lini. Padahal
organisasi departemen staf ditempatnya relatif pada posisi tinggi dekat
menajemen puncak. Depertemen lini dengan tingkatan lebih rendah cenderung tidak
suka dengan hal tersebut.
Untuk menghapuskan konflik–konflik tersebut, manajemen
punsak harus secara jelas menyampaikan delegasi departemen–departemen staf.
Lebih dari itu, supaya efektif, departemen–departemen staf harus menyadari
bahwa pekerjaan mereka adalah “to sell, not to tell” artinya “menjual”
kepada departemen–departemen lini gagasan–gagasan mereka, bukan “memberitahu”
mereka bagaimana menjalankan fungsi.
Bagaimanapun juga staf spesialis perlu ditambahkan dalam
organisasi untuk membantu kerja lini agar lebih efektif. Disamping itu dunia
bisnis modern berkembang semakin kompleks, dan semua manajer tidak akan
menguasai semua kecakapan, pengetahuan maupun ketrampilan. Kegiatan–kegiatan
tertentu mungkin tidak efisien bila dikerjakan oleh orang lini, dan sebagainya.
2.1.5 Penanggulangan Konflik Lini dan Staf
Para penulis manajemen telah menyarankan berbagai cara
dengan mana aspek–aspek peran-salah konflik lini dan staf dapat dikurangi :
1. Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan.
Secara umum, para anggota lini bertanggung jawab atas
keputusan–keputusan operasional organisasi, atau dengan kata lain, mereka harus
bisa menerima, mengubah, atau menolak saran–saran ahli. Dilain pihak, para
anggota staf harus bebas untuk memberikan saran bila mereka merasa hal itu diperlukan
tidak hanya bila anggota lini memintanya.
2. Mengintegrasikan kegiatan–kegiatan lini dan staf.
Saran–saran staf akan lebih realistik bila berkonsultasi
terlebih dahulu dengan anggota lini dalam proses penyusunan saran – saran
mereka. Konsultasi staf – lini ini juga akan membuat para anggota lini bersedia
mengimplementasikan gagasan–gagasan staf.
3. Mengajarkan lini untuk menggunakan staf
Manajer lini akan lebih efektif memanfaatkan keahlian staf
bila mereka mengetahui kegunaan staf spesialis bagi mereka di perusahaan.
4. Mendapatkan pertanggung-jawaban staf atas hasil –hasil
Para anggota lini akan lebih bersedia melaksanakan
saran–saran staf bila para anggota staf ikut bertanggung jawab atas kegagalan
yang terjadi. Pertanggungjawaban ini juga akan membuat para anggota staf lebih
berhati–hati dalam menyusun saran–saran mereka.
2.1.6 Cara Mengatasi Konflik Kerja
Manajemen konflik dapat dilakukan
dengan cara antara lain :
1. Pemecahan masalah ( Problem Solving )
2. Tujuan tingkat tinggi ( Lipsordinate Goal )
3. Perluasan sumber ( Ekspansion of Resources )
4. Menghindari konflik ( avoidance )
5. Melicinkan konflik ( Smoothing )
6. Perintah dari wewenang (Authoritative Commands )
7. Mengubah variabel manusia ( Altering the Human
Variabel )
8. Mengubah variabel struktural (Altering the Structural
Variables)
9. Mengidentifikasikan musuh bersama ( Identifying a
Common Enemy )

Comments
Post a Comment